MATERI IPS TEMA 7 SUBTEMA 2 KELAS 5
SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA
Tahukah kamu bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia itu dapat tercapai dengan urutan kejadian yaitu dimulai dengan dibentuknya BPUPKI, kemudian PPKI baru tercapailah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Agar lebih jelas proses sejarahnya silahkan baca ringkasan berikut:
1. Sejarah BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang pada saat masih menjajah indonesia.
Karena dibentuk oleh Jepang, BPUPKI juga dikenal dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai.
Tugas pokok BPUPKI adalah menyiapkan pemerintahan yang akan menerima kemerdekaan dengan mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang bersifat dengan aspek-aspek politik ekonomi, tata pemerintahan serta hal lain yang dibutuhkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI beranggotakan 67 orang yang terdiri dari 60 orang Indonesia dan 7 lainnya adalah orang Jepang yang bertugas untuk mengamati.
BPUPKI dibentuk tanggal 29 April 1945 dan diresmikan tanggal 28 Mei 1945 di jakarta yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 dengan hasil diperolehnya dasar negara Indonesia dari pidato Ir Soekarno mengenai Pancasila pada tanggal 01 Juni 1945 yang selanjutnya tanggal 1 Juni diperingati sebagai lahirnya Pancasila.
Sidang resmi kedua BPUPKI berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945 dan menghasilkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
BPUPKI kemudian resmi dibubarkan pada 7 Agustus 1945 dan digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai dibetuk pada 7 Agustus 1945 diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakil ketuanya Mohammad Hatta.
PPKI beranggotakan sebanyak 21 orang dari berbagai daerah di Indonesia, dan Ir Soekarno ditunjuk sebagai ketua sedangkan wakilnya adalah Moh. Hatta.
Pada 9 Agustus 1945, 3 tokoh nasional, yaitu Dr. Radjiman Widyodingrat, Moh. Hatta, dan Ir Soekarno dipanggil Jenderal Terauchi ke Dalat Vietnam untuk menerima informasi mengenai kemerdekaan Indonesia dan bisa dilaksanakan dengan segera.
. Karena kawatir Ir Soekarno dan Moh. Hatta terpengaruh oleh Jepang dan tidak jadi memproklamasikan kemerdekaan Tanggal 16 Agustus 1945 dini hari sekitar pukul 04.00, Sukarni dan Yusuf Kunto menjemput Hatta sedangkan Chairul Saleh dan dr. Muwardi menjemput Soekarno. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok.
Sukarni dan Cudanco Soebeno belum bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta apabila tidak ada jaminan telaksananya proklamasi malam hari itu juga. Dengan janji bahwa proklamasi akan dilaksanakan esok hari tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00, Soekarno-Hatta diperbolehkan kembali ke Jakarta.
Di rumah Laksamana Maeda Jl Imam Bonjol No 1 itulah golongan tua dan muda berkumpul dan menunggu sejumlah orang yang sedang merancang teks proklamasi. Mereka yang berada dalam ruangan saat teks proklamasi dirancang adalah Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, Sayuti Melik, Sukarni, B.M. Diah, dan Sudiro.
Naskah proklamasi disusun oleh tiga tokoh, yaitu Soekarno, M. Hatta, dan Achmad Soebardjo. Berikut hasil isi teks proklamasi:
Keesokan harinya, tepatnya 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman.
Pembacaan teks proklamasi dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan Pengangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Pada 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang pertamanya di belas Gedung Road Van Indie di Jalan Pejambon. Dalam sidang pertama tersebut PPKI menyepakati hasilnya antara lain :
Keesokan harinya setelah sidang pertama atau 19 Agustus 1945, PPKI melakukan sidang kedua dengan memutuskan beberapa hal yang menjadi hasil dari kesepakatan sidang tersebut antara lain :
- Sidang ketiga PPKI dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1945 dan menghasilkan:
15 Oktober 1945 di Semarang, terdapat isu bahwa cadangan air
minum masyarakat di Candi telah diracuni oleh pihak Jepang. Hal itu menyebabkan
bentrokan antara masyarakat Indonesia dengan tentara Jepang tak terhindarkan
selama lima hari. Dalam peristiwa tersebut telah gugur Dr. Karyadi, hingga kini
namanya diabadikan di Rumah Sakit Umum di Semarang.
3. Peristiwa Pertempuran Ambarawa
Pada 20 Oktober 1945 tentara sekutu yang dibonceng NICA
mendarat di Semarang. Di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel, tentara
sekutu berniat untuk membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang. Hal itu
menimbulkan bentrokan senjata.
Para pejuang Indonesia di bawah kepemimpinan Letkol M.
Sarbini mengejar pasukan sekutu yang mundur ke Ambarawa. Dalam pertempuran
tersebut, Letkol Isdiman gugur.
Lalu, pasukan Indonesia pun melancarkan serangan ke Ambarawa
pada 12 Desember 1945. Setelah itu, pasukan sekutu mundur hingga ke Semarang
pada 15 Desember 1945. Hal itu membuat tanggal 15 Desember menjadi peringatan
Hari Infantri dan dibangunnya Monumen Palagan Ambarawa.
5. Peristiwa Pertempuran Medan Area
Pertempuran ini terjadi pada 13 Oktober 1945. Pertempuran
ini bermula dari aksi seorang penghuni hotel di Jalan Bali, Kota Medan yang
menginjak lencana merah putih. Saat itu, para pemuda Indonesia di Medan bersatu
dan melawan Sekutu serta NICA. Mereka bertempur untuk merebut gedung
pemerintahan yang diambil alih Jepang. Pertempuran terus berlanjut hingga
akhirnya, Sekutu dan NICA mengarahkan kekuatannya untuk menyerang dan menduduki
Kota Medan pada 10 Desember 1945.
4. Peristiwa Bandung Lautan Api
Tentara sekutu mengeluarkan ultimatum pada 21 November 1945
agar kota Bandung bagian Utara dikosongkan paling lambat 29 November 1945.
Namun, ultimatum tersebut tidak dihiraukan sehingga terjadi bentrokan senjata.
Hasilnya, Bandung Utara dikusai sekutu, semetara Bandung Selatan dikuasai
pejuang Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ultimatum kedua pun diberikan sekutu agar masyarakat dan TKR
segera mengosongkan Bandung Selatan pada 23 Maret 1946. Setelah
mempertimbangkan keselamatan masyarakat dan politik, Pemerintah Indonesia
memerintahkan TKR segara mundur dan mengosongkan Bandung Selatan. TKR pun
mengikut perintah tersebut, namun mereka tidak mau memberikan Bandung Selatan
secara cuma-cuma, sehingga para pasukan membumihanguskan wilayah tersebut.
Setelah itu, para pejuang tetap melakukan perlawanan dengan
melakukan perang gerilya dan gugurlah Mohammad Toha pada peristiwa tersebut.
Saat ini peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan jalur Diplomasi
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi ialah dilakukan dengan cara perundingan. Berikut beberapa peristiwa perjuangan jalur diplomasi yang dilakukan Indonesia:
1. Perjanjian Linggarjati
Perjanjian ini dilaksanakan di Desa Linggarjati,
perbatasan antara Cirebon dan Kuningan, pada tanggal 10 November 1946.
Indonesia diwakili Sutan Syahrir, A.K. Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad
Roem. Pihak Belanda diwakuli Schermerhorn, dan penengah dari pihak Inggris
diwakili Lord Killearn. Hasil dari perjanjian ini antara lain:
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Jawa, Sumatra,
dan Madura.
- RI dan Belanda membentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS).
- RI dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda, Ratu Belanda sebagai ketuanya.
2. Perundingan Renville
Pernah kebayang nggak ngadain perundingan di atas sebuah
kapal perang? Nah, ini pernah dilakukan pada 8 Desember 1947 – 17
Januari 1948. Yaps, ada sebuah perundingan di atas kapal perang
angkatan laut Amerika Serikat bernama USS Renville, maka dari itu
perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Renville. Saat itu Indonesia diwakili
oleh Amir Sjarifuddin dan Belanda diwakili oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo.
Dihadiri pula Komisi Tiga Negara yang diwakili oleh Richard Kirby, Paul van
Zeeland, Frank Graham. Ada pun hasil dari perundingan ini ialah:
- Penghentian tembak menembak
- Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus
dikosongkan dari tentara Indonesia.
- Belanda bebas membentuk negara federal di daerah-daerah
yang diduduki melalui jajak pendapat terlebih dahulu.
- Akan dibentuk uni Indonesia-Belanda.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Kali ini ada sebuah perundingan yang dilakukan di Den
Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949 – 2 November 1949. Nama perundingan
tersebut ialah Konferensi Meja Bundar. Iya, namanya meja bundar karena meja
untuk konferensi memang membentuk sebuah bundaran. Pada saat itu Belanda
diwakili Mr. Van Maarseveen, perwakilan Indonesia diwakili oleh Moh. Hatta, dan
delegasi UNCI ialah Chritchley. Ada pun hasil konferensi meja bundar ialah:
- Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat
(RIS).
- Masalah Irian Barat diselesaikan setahun kemudian.
- RIS harus membayar utang-utang Belanda sampai pengakuan
kedaulatan.
- RIS mengembalikan hak milik Belanda seperti
perusahaan-perusahaan Belanda.
Komentar
Posting Komentar